photo anigif2.gif

31/07/11

Olahraga Air untuk proses persalinan yang lebih Nyaman


Sao Paulo, Hampir setiap wanita ingin memiliki anak, tapi kebanyakan merasa takut untuk menjalani proses persalinan. Tapi wanita yang sering melakukan aerobik air selama kehamilan dapat meringankan rasa sakit saat melahirkan.

Ilmuwan Brazil telah menemukan bahwa mengambil kelas aerobik air atau aqua aerobics selama kehamilan dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses persalinan secara keseluruhan.

Para ilmuwan dari University of Campinas, Sao Paulo, melakukan studi yang menguji 71 orang ibu hamil. Setengah dari partisipan mengikuti sesi latihan aerobik air selama 50 menit di kolam renang tiga kali seminggu.


Hasilnya, 73 persen partisipan yang mengikuti aerobik air tidak memerlukan obat penghilang rasa sakit atau analgesik selama persalinan.

"Ini menunjukkan bahwa aerobik air bisa membuat wanita pada kondisi psikofisik yang lebih baik," ujar Rosa Pereira dari University of Campinas, seperti dilansir dari Dailymail, Minggu (12/9/2010).

Aerobik air dan berenang dianggap sebagai jenis olahraga kebugaran yang paling tepat untuk periode kehamilan. Air menghilangkan tekanan pada tulang, sendi dan ligamen serta memberikan tekanan optimal pada otot-otot dan sistem kardiovaskular wanita hamil.

Selain itu, olahraga air juga membantu menghilangkan stres dan belajar bagaimana bernapas secara ritmis, sehingga mempersiapkan napas wanita saat persalinan.

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Olahraga pun bagus saat Hamil

Jakarta - Hamil bukan berarti bebas berolahraga. Agar tubuh tetap sehat dan persalinan lancar, coba gerakkan tubuh secara teratur.

Olahraga saat hamil dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Banyak manfaat dari olahraga saat masa kehamilan, diantaranya:

1. Membantu mengurangi sakit punggung, sembelit dan kembung pada perut.

2. Meningkatkan energi sehingga tetap bisa aktif menjalani aktifitas.

3. Membantu Anda merasa sedikit lelah untuk membuat Anda bisa tidur lebih cepat sehingga mendapatkan pola tidur yang baik.

4. Memperkuat otot-otot pada tubuh. Hal ini akan membantu Anda saat persalinan berlangsung.

Olahraga yang baik untuk ibu hamil, merupakan olahraga yang berhubungan dengan jantung, otot perut, otot punggung dan otot panggul.



Anda bisa mencoba olahraga berjalan kaki mengitari taman atau kompleks. Berjongkok dan latihan kegel juga bagus untuk memperkuat otot-otot panggul. Beristirahatlah bila Anda sudah merasa lelah dan cukupi tubuh Anda meminum air agar tidak dehidrasi.

Mulailah olahraga bertahap, cukup olahraga lima menit jika sebelumnya Anda tidak pernah berolahraga. kemudian seminggu setelahnya tambahkan lima menit. Tambahkan waktu olahraga setiap minggunya hingga akhirnya mencapai 30 menit.

Kiki Oktaviani - wolipop

Gangguan Libido pada Wanita

Disfungsi seksual pada wanita kerap dianggap remeh. Padahal, kehidupan seksual yang sehat menjadi salah satu indikator kesehatan. Dan, tak adanya minat berintim-intim bisa menyebabkan pernikahan bisa berantakan. Kenali penyebabnya sebelum terlambat!
Randy (31) belakangan ini agak kesal pada Anita (29), istrinya. Baru dua bulan menikah, Anita sepertinya enggan setiap kali diajak bermesraan. "Selalu ada saja alasan. Capek, lah. Sedang haid, lah," curhat Randy pada sahabatnya, Aji.
Ternyata Anita memang hanya mencari-cari alasan untuk menghindari hubungan seks. Anita merasa tak ada gairah. Kendati masih berstatus pengantin baru dan baru sebentar mengenal dan "mencicipi" seks, dia merasa sudah cukup dan tak tergerak untuk melakukannya lagi.
Apa yang terjadi pada Anita bisa saja terjadi pada perempuan lain, termasuk Anda. Bisa jadi Anita sedang mengalami gangguan disfungsi seksual. Ya, gangguan ini ternyata tak hanya dialami kaum pria.
Menurut dr. Naek L. Tobing, psikiater, sex educator, dan sex counselor, disfungsi seksual merupakan suatu gangguan fungsi seksual dimana fungsi ini dibutuhkan manusia untuk melakukan kontak seksual yang normal. Pada perempuan, disfungsi seksual meliputi lima hal:
- Penurunan/gangguan nafsu atau libido
- Gangguan terangsang (arousal)
- Gangguan orgasme
- Dispareunia (kondisi dimana vagina kering)
- Vaginismus (kondisi dimana vagina langsung berkerut setiap kali akan berhubungan seks sehingga tidak jadi berhubungan).
Dari kelimanya, yang paling sering diderita adalah tiga hal pertama. Dan dari ketiganya, hasrat atau libido memegang peranan penting. Jika tidak ada hasrat, seorang perempuan tidak bisa terangsang. Bila tidak terangsang, walaupun bisa berhubungan seks, otomatis tidak bisa orgasme.
INTINYA: LIBIDO
Benar, disfungsi seksual terberat adalah gangguan libido atau penurunan keinginan berhubungan seks (hypo sexual desire disorder). Kendati demikian, perempuan masih bisa melakukan hubungan seks karena alat kelaminnya bersifat rongga, dalam arti menerima. Berbeda dengan pria yang jika tidak ada libido, alat kelaminnya bisa "mati".
"Perempuan masih bisa berhubungan seks, minimal melayani pasangannya sehingga kadang-kadang gangguan libido ini tidak kelihatan. Bisa dipalsu atau fake. Walaupun itu bisa ketahuan bagi pria yang punya pengetahuan," papar Naek.


Gangguan libido bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
1. Primer
Disebut primer karena penyebabnya terjadi sejak awal atau sebelum dia mengenal seks. Naek mengatakan, memang ada perempuan yang sejak awal menikah atau bergaul dengan laki-laki, hasratnya kurang. Walaupun untuk perempuan yang belum menikah tidak bisa dipastikan begitu.
"Sebelum menikah, seorang perempuan bisa saja tidak mau berpegangan tangan dengan pacarnya karena memegang prinsip agama, dan sebagainya. Itu mungkin saja. Tetapi bisa saja dia memang memiliki gangguan libido. Itu yang susah ditebak dan tidak bisa dipastikan," ujar pria yang buka klinik di Jalan Pakubuwono, Jakarta, ini.
Sembilan puluh persen gangguan ini disebabkan oleh faktor psikologis. Perempuan yang sudah menikah pasti ingin berhubungan seks sejak dia resmi menikah dan mengalami malam pertama. Bila keinginannya setengah-setengah atau ingin hanya karena "aturan" (bukan karena hasrat), patut diwaspadai.
Ada juga perempuan yang enggan berhubungan seks atau hanya berhubungan seks karena ingin punya anak. Dalam hal ini, otomatis pengetahuan seks perempuan tersebut kurang dan tidak tahu apa sebenarnya seks.
Selain itu, yang bersangkutan biasanya juga tidak sadar kalau dia mengalami gangguan libido dan biasanya yang mengeluh adalah suaminya. Parahnya, jika tidak diobati dan dicari penyebabnya kemungkinan perempuan tersebut akan bisa mengalami gangguan libido seterusnya.

2. Sekunder
Berbeda dari primer, pada penyebab sekunder, libido seorang perempuan mula-mula normal dan pada suatu waktu menurun. Dalam hal ini dia sudah pernah menikmati bagaimana berhubungan seks dan jika sewaktu-waktu hasratnya turun, bukan tidak mungkin dia mengalami gangguan libido.
Menurut Naek, dalam kasus ini penyebabnya mudah diketahui karena dulunya perempuan tersebut normal, dalam arti punya hasrat, terangsang, dan bisa orgasme. "Tanya kenapa dan cari penyebabnya. Biasanya mudah didapat penyebabnya dan setelah itu perbaiki penyebabnya," sarannya.
Penyebabnya ada tiga hal, pertama, faktor psikologis. Kedua, hubungan suami-istri seperti perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga (ini merupakan penyebab terbanyak). Ketiga, fisik. Yakni karena berkurangnya hormon (banyak ditemui pada perempuan yang mendekati atau mengalami menopause), narkoba, dan sejumlah penyakit seperti liver, diabetes, ginjal, dan hipertensi.

Suami-Istri berbagi tugas Rumah Tangga, kenapa tidak,,?

Hubungan suami istri memang tak sekedar soal cinta, perhatian dan komunikasi yang lancar. Tapi juga kemauan berbagi tanggung jawab tugas-tugas rumah tangga. Memang bukan urusan sederhana. 

Hadapi perbedaan. Menikah adalah proses belajar terus menerus, terang Dra. Yudiana Ratna Sari, M.Si psikolog klinis dan dosen di Universitas Indonesia. Ia menekankan, bahwa pasangan harus bersedia terus belajar tentang pasangannya. Bila ingin perkawinan sukses, kedua pihak sebaiknya mau membuka diri untuk belajar hal baru.

 Bila mengalami benturan  lakukan hal-hal ini untuk mengatasinya:
Mulai dengan kesadaran sama: suami dan istri sama pentingnya dalam pernikahan. Maka suami istri perlu berbagi tanggung jawab agar kehidupan lebih nyaman bagi kedua pihak dan mengurangi stres yang mungkin muncul 
Komunikasikan dengan terbuka harapan masing-masing pihak 
Diskusikan pembagian tugas. Berikan tugas yang diminati pasangan. Semisal, istri gemar memasak tapi tak suka bersih-bersih. Dan ternyata suami lebih suka kerapian, maka suami bertanggung jawab pada kebersihan rumah. 
Tak perlu berhitung soal siapa lebih banyak tugas. Rumah tangga adalah milik berdua. Jadi Anda perlu ringan tangan membantu pasangan ketika ia tampak kewalahan dengan tugas-tugasnya. 
Jika suami Anda berlapang dada dan bersedia membantu merapikan rumah tapi ternyata hasilnya tak sesuai dengan harapan Anda, hargai niat tulusnya dan tak perlu mengkritik hasil karyanya 
Atur sebuah ruang atau pojok khusus untuk pasangan yang punya kegemaran khusus seperti senang mengumpulkan pernak-pernik atau suka merakit mainan, agar berantakan hanya terjadi pada sisi tersebut. Bagian lain dalam rumah tetap rapi.

Aybund

29/07/11

Bertengkar gara-gara Pembantu

Eit, Jangan salah, gara-gara PRT, kita bisa "berantem" dengan pasangan. Sekalipun persoalannya cuma sepele semisal suami menegur istri, "Sama si Iyem, Mama enggak usah kelewat cerewet begitu. Nanti kalau dia enggak betah, kita semua juga yang kebagian capek." Istri bisa marah besar, lo, karena merasa disalahkan, "Papa apa-apaan, sih? Kok, jadi ngebelain si Iyem? Papa pikir, Mama enggak capek?" Nah, jadi ribut, kan?

Padahal, si suami sebetulnya cuma ingin mengingatkan agar istrinya tak kelewat menuntut PRT bekerja sempurna sesuai standarnya. "Si suami cuma berpikir praktis sekaligus berusaha memaklumi keterbatasan dan hasil kerja pembantu. Baginya, tak ada pembantu lebih merepotkan ketimbang ada pembantu yang kerjanya kurang beres," tutur psikolog Wieka Dyah Partasari. Jadi, ada kesalahpahaman pada si istri, dikiranya suami membela sang PRT.

Sebaliknya, tak jarang pula suami yang salah paham. Kala ia "teriak-teriak" memanggil si Iyem minta diambilkan korek api, istri langsung "protes", "Ayah keterlaluan, deh! Masak ngambil korek aja harus nyuruh si Iyem? Dia, kan, banyak pekerjaan! Ambil sendiri kenapa, sih?" Tentu saja si suami jadi sewot, "Lo, Ibu, kok, jadi manjain dia? Lantas, buat apa kita gaji dia kalau enggak bisa disuruh-suruh?" Padahal maksud si istri agar jangan terlalu membebani PRT dengan hal-hal sepele sementara si PRT sendiri sudah cukup direpotkan dengan pekerjaannya yang "segudang". Kalau si PRT merasa pekerjaannya amat banyak hingga ia kewalahan, bisa-bisa ia malah minta berhenti, kan?

CEMBURU PADA PRT

Itu baru konflik seputar kerja, lo. Belum lagi soal kecemburuan istri yang menyangkut penampilan PRT semisal gemar pakai celana pendek atau rok/blus ketat, berdandan seronok, atau tingkah lakunya cenderung ganjen. Sementara suami menanggapi kecemburuan tersebut dengan enteng, "Mungkin dia merasa lebih enak dan bisa gesit kerja kalau pakai celana pendek. Gitu aja, kok, dipersoalkan, sih?" Ya, enggak heran kalau si istri jadi berang, "Iya, buat Papa, sih, enggak masalah. Sekalian cuci mata, kan?"

Kalau sudah begitu, bisa-bisa tiap hari suami istri "perang" melulu hanya gara-gara tampilan PRT yang tak berkenan di mata istri. Apalagi jika si suami ternyata tipe mata keranjang, makin bertambah-tambahlah kecemburuan istri. Malah, bukan tak mungkin disertai kecurigaan kemungkinan terjadi perselingkuhan. Apalagi cerita soal perselingkuhan antara majikan dengan PRT-nya bukan isapan jempol belaka. Bahkan, ada, lo, yang sampai mengawini PRT-nya. Kalau sudah begitu, bukan tak mungkin si istri atau malah si suami yang lantas menggugat cerai. Runyam, kan?

Bukan cuma soal tampilan PRT yang seksi, lo. Istri pun bisa cemburu dengan kepiawaian PRT dalam hal memasak atau menata rumah, misal. Terlebih jika suami kerap "keceplosan" memuji-muji lezatnya rendang buatan si Iyem atau betapa rapinya si Iyem mengurus rumah, dan sebagainya. Kecemburuan istri juga bisa terjadi kala melihat suami asyik ngobrol dengan si Iyem atau menunjukkan perhatiannya semisal, "Kamu kenapa, Yem, kok, Bapak lihat dari pagi tadi kamu diam aja? Apa kamu sakit? Kalau sakit, biar nanti diantar ke dokter." Padahal, perhatian seperti itu wajar, toh?

INSTROPEKSI DIRI

Kalau soal kompetensi atau kepiawaian PRT, menurut Wieka, tak pada tempatnya istri cemburu, apalagi sampai merasa tersingkir. "Kalau memang si pembantu lebih mahir, mengapa tak berguru padanya?" anjur pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini. Jadi, enggak usah gengsi, ya, Bu. Jikapun tak mampu mengikis perasaan tersebut, toh, kita bisa menutupinya dengan cara memasak bersama, misal. Bukankah tak ada yang bakal tahu bila kita sebetulnya tengah menimba ilmu darinya?

Namun bila perasaan cemburu tetap mendera, "coba, deh, introspeksi diri!" Jangan-jangan, tambah Wieka, perasaan tersebut merajalela kala kita benar-benar lepas kontrol. Artinya, kita begitu sibuk dengan segala macam urusan sementara pekerjaan rumah tangga tak terpegang sama sekali. Nah, kalau ini yang terjadi, dalam hati kita pasti terselip rasa bersalah dan tak nyaman. "Kegalauan semacam itulah yang antara lain kemudian muncul menjadi kecemburuan berlebih tadi. Kecuali bila kita memang memiliki kelainan berupa kecenderungan untuk gampang cemburu pada siapa saja," terangnya.

Jadi, Bu, tak perlu cemburu sama si Iyem. Kalau ia pakai kaos ketat dengan celana amat pendek, misal, tegur saja baik-baik. Kita bisa bilang, misal, "Yem, saat ini kamu, kan, tinggal di rumah orang lain, bukan di rumahmu sendiri. Tentunya kalau kita tinggal di rumah orang, kita harus punya sopan santun. Salah satunya, kita harus memakai baju yang sopan. Jadi, baju yang sekarang kamu pakai ini lebih baik dipakai di rumahmu kalau kamu nanti pulang kampung." Begitu, kan, lebih enak ketimbang cemburu yang malah bisa bikin konflik dengan pasangan atau malah mencari-cari dan membesar-besarkan kesalahan PRT guna menyingkirkannya, yang akhirnya malah juga akan berbuntut keributan dengan pasangan.

PAHAMI KEBUTUHAN PASANGAN

Yang jelas, Bu-Pak, apa pun permasalahannya, saran Wieka, "bicarakan baik-baik secara pribadi di antara suami-istri dan jangan pernah di depan pembantu." Dengan begitu, kesalahpahaman bisa diminimalkan tanpa membuat pasangan merasa disudutkan atau dilecehkan, sementara si PRT pun tak jadi besar kepala lantaran merasa dibela.

Selain itu, suami dan istri juga dituntut untuk saling memahami kebutuhan pasangannya. Bila suami bawel mempersoalkan seduhan kopi yang kurang pas atau berulang kali terkesan membesar-besarkan hasil setrikaan pembantu yang kurang licin, misal, cobalah gali perasaannya. Bukan tak mungkin, lo, Bu, sebetulnya Bapak menghendaki kita sendirilah yang membuatkan kopi untuknya atau menyetrika pakaiannya.

Apalagi, bilang Wieka, ternyata cukup banyak suami yang menuntut hal-hal paling intim/pribadi dikerjakan istri, termasuk mencucikan pakaian dalamnya atau menyajikan makanan untuknya. Bila tak disepakati sejak awal, hal-hal begini bisa memunculkan protes keras yang bakal menjadi duri dalam daging bagi perkawinan. Tentu saja suami pun perlu memahami keterbatasan istri semisal hanya menguceknya saja, kemudian dibilas pembantu atau cuma sempat masak istimewa di hari libur. Dengan demikian, kebutuhan suami terpenuhi, sementara istri pun tak merasa terbebani dengan perannya akibat tuntutan-tuntutan tadi.

Kendati "tugas-tugas" kerumahtanggaan bukan kewajiban istri semata, ternyata suami memiliki kebutuhan untuk mendapat kenyamanan di rumah dari istrinya, lo. Artinya, sepulang kantor suami ingin mendapati rumahnya dalam keadaan bersih dan rapi, serta kebutuhan pangan dan sandang tertangani. Menurut Wieka, "Hal-hal ini merupakan bentuk support tersendiri buat para suami." Itu sebab, tak terpenuhinya kebutuhan ini juga merupakan salah satu pemicu konflik suami istri.

Soalnya, kebutuhan akan kondisi rumah yang memberi kenyamanan ternyata merupakan salah satu kebutuhan utama pria. Disamping kebutuhan akan seks, teman yang menarik, partner yang bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menarik alias berbau hura-hura.

Sementara kebutuhan utama wanita adalah afeksi, kasih sayang/kemesraan, teman yang bisa diajak bercurhat, pasangan yang menjunjung komitmen, selain finansial support. Itu sebab, kritik suami terhadap istri soal pembantu bisa sangat membuatnya amat tersinggung, lo. Makanya, direm saja, deh, sekiranya pujian buat pembantu bakal "menjatuhkan" istri tercinta.

PERLU DIGEMBLENG

Selain itu, baik suami maupun istri, diminta untuk memahami perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita. Soalnya, Bu, bukan maksud Bapak membela si Iyem, kok. Melainkan karena kaum Adam biasanya memiliki pola pikir praktis saja, semata-mata menyadari betapa berat hidup berumah tangga tanpa pembantu, terlebih di kota besar atau bila istri juga sama-sama bekerja.

Semisal istri yang jadi ngomel melulu lantaran kecapean, tak sempat mengurus diri maupun anak-anak, sementara rumah juga berantakan. Lantaran ingin menyelesaikan masalah atau minimal tak ketambahan masalah baru itulah, para suami lebih mampu bertoleransi terhadap kekurangan pembantu.

Perlu diingat juga, Bu, sekecil apa pun peran kita, kontrol terhadap pengelolaan rumah tetap ada di tangan kita, kok. Sedangkan seberapa besar porsinya dan bagaimana pengaturan/pembagian kerja dengan suami, lagi-lagi hanya tergantung style. "Enggak ada yang mengharuskan istri jadi ratu dapur. Apalagi trend-nya pun kini mulai bergeser dan semakin memungkinkan para suami kian terlibat dalam perputaran roda rumah tangga. Pergeseran ini tak lagi membuat para suami yang mau terjun ke dapur merasa dirinya aneh atau memiliki kelainan," bilang Wieka. Itu sebab, jangan ragu untuk melibatkan suami dan seluruh anggota keluarga, terutama saat pembantu mudik.

Sedangkan untuk suami yang tega menutup mata terhadap kerepotan istrinya, anjur Wieka, tak ada salahnya menggembleng/mereedukasi mereka. Boleh jadi mereka dibesarkan dalam kebiasaan/pengasuhan seperti itu. Akan tetapi masing-masing pribadi maupun hubungan suami istri itu sendiri terus berkembang. Jadi, Bu, tak ada salahnya mulai mengajak suami peduli pada urusan rumah tangga. Pujilah kalau suami sudah mau menyingsingkan lengan bajunya. Atau berikan rewarddalam bentuk lain, semisal menunjukkan wajah cerah atau memberi pijatan mesra.

TETAPKAN BATAS TOLERANSI

Untuk memperkecil konflik majikan-pembantu yang bisa berkembang menjadi konflik suami istri, saran Wieka, tentukan batas toleransi. Artinya, sejauh mana kelalaian dan kekurangan PRT bisa diterima. Misal, toleransi tertinggi yang kita berikan adalah anak, kita tak perlu tawar-menawar bila ia ternyata lalai pada keselamatan/keamanan si kecil. Atau jika keamanan rumah yang kita utamakan, kita berhak marah kala ia seenaknya meninggalkan rumah begitu saja tanpa dikunci. Sebaliknya, bila cuma cadangan gula atau garam melebihi biasanya, buat apa sih kelewat dipermasalahkan? "Enggak usah gampang terbawa emosilah," ujar Wieka. Lebih baik tentukan apa saja perbuatannya yang masih bisa ditolerir dan tidak. Dari situ, kan, kita bisa menilai apakah yang bersangkutan punya potensi dan bisa dididik/dikembangkan ke arah yang lebih baik, serta mampukah kita menempanya sesuai tenaga dan waktu yang kita miliki.

Begitu pula mengenai kebohongan-kebohongan kecil yang juga kerap dilakukan pembantu. Lagi-lagi sejauh mana bisa ditoleransi. Bila perlu, pelajari apa, sih, motivasinya, sekadar takut dimarahi atau menjadi strateginya untuk memanipulasi. Ajak bicara, misal, "Hari ini setrikanya enggak selesai, kenapa, Yem? Anak-anak rewel atau karena ada sinetron bagus? Bilang aja deh, Ibu enggak marah, kok." Begitu juga bila ia kedapatan memecahkan perabot dapur. Tentu saja bentuk-bentuk kelonggaran semacam itu tetap diarahkan untuk mendidiknya bertanggung jawab. Hingga, harus diberlakukan syarat berikut, semisal, "Tapi besok diselesaikan, ya," atau "lain kali hati-hati, lo."

Sikap begini jauh lebih aman ketimbang kebohongan demi kebohongan berlangsung terus dan semakin memperbesar peluang bahaya atau dampak negatif buat si kecil, semisal jatuh tapi tak dikatakan karena takut dimarahi. Apa pun, kita tetap perlu marah bila memang harus marah, terutama yang menyangkut keselamatan anak atau keamanan rumah. Minimal, kita perlu menegaskan padanya bahwa perbuatannya merupakan suatu kesalahan. "Enggak bener juga kalau kita 'steril', dalam arti enggak pernah marah. Hanya akan menyiksa diri bila cuma memendam semua kejengkelan lantaran tahu sulitnya cari pembantu." Toh, pasangan kita juga akan mengerti kalau kita marah sama si Iyem lantaran ia memang benar-benar salah.

Nah, kini sudah menemukan jalan keluarnya, kan, saat menghadapi masalah serupa?

Nova

25/07/11

Makin Percaya Diri dengan Menegakkan Tubuh

Berharap atasan dan rekan akan menyimak Anda dengan saksama saat mengemukakan pendapat di rapat kantor? Coba ubah dulu posisi duduk Anda. Penelitian yang dilakukan oleh Northwestern University menemukan bahwa arah posisi tubuh ternyata sejajar dengan tingkat keyakinan diri Anda.

Coba saja lakukan simulasi ini: Duduklah dengan bahu merunduk ke depan, lalu punggung melengkung ke dalam. Pasti Anda akan merasa kurang berenergi dan lemas. Nah, sekarang coba lakukan hal sebaliknya: Duduklah tegak lalu angkat dagu sedikit, lalu tarik senyum Anda. Dijamin pikiran Anda jadi lebih segar dan semangat jadi lebih menyala.

"Mengatur posisi duduk dan postur tubuh adalah cara paling efektif untuk memberikan kesan positif terhadap orang lain dan juga terhadap diri sendiri. Apalagi jika Anda sudah berhadapan dengan masalah hierarki," kata Adam Galinsky, PhD, salah satu peneliti.

Hierarki di sini bisa berkaitan dengan hubungan keluarga, bisa juga berhubungan dengan posisi di tempat kerja, yaitu antara Anda dengan rekan kerja, atau dengan atasan maupun supervisor.

"Dengan mengubah posisi duduk menjadi lebih tegak, otomatis hormon testosteron di dalam tubuh akan meningkat. Perlu diketahui, hormon testosteron adalah hormon yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan," ungkap Galinski lebih lanjut. Hormon testosteron sering disebut sebagai hormon pria, namun wanita juga memilikinya dalam kadar lebih sedikit.

Jadi, apabila Anda akan mengajukan pendapat kepada atasan di tengah rapat besar, cobalah duduk lebih tegak dibandingkan rekan kerja lainnya. Sikap tubuh seperti ini juga akan membuat Anda lebih yakin akan apa yang disampaikan, demikian menurut penelitian dari Ohio State University. Sebaliknya, berbicara dengan sikap tubuh sebaliknya malah membuat Anda berpikir, "Benar atau tidak, ya, yang saya sampaikan tadi?".

Sikap tubuh lain yang juga ampuh untuk diterapkan dalam dunia kerja adalah menyilangkan kedua tangan. Lakukan ini saat Anda sedang menggeluti masalah yang alot dan butuh keteguhan untuk menyelesaikannya. Dengan menyilangkan tangan, Anda akan menjadi yakin untuk maju terus dan pantang mundur.

24/07/11

Pilih Jeans yang Oke di badan ya

Punya Celana jeans kan...?
Jika Anda dapat memadu-padankan fashion item yang satu ini dengan busana yang tepat, jeans dapat terlihat chic di berbagai kesempatan, baik kasual, semi-formal, hingga yang benar-benar formal.

Namun tahukah Anda, sebuah penelitian menyebutkan, sebagian wanita merasa memilih celana jeans yang tepat dan sesuai bentuk tubuh, tidaklah mudah. Dari 1000 wanita di atas usia 50, 43 persennya meyakini memilih celana jeans rasanya jauh lebih menegangkan ketimbang memilih tempat tinggal.

Survey yang dibuat online shop Isme.com ini menyebutkan, sebagian besar konsumennya merasa skinny jeans membuat mereka terlihat lebih gemuk dan tidak menarik.

“Seberapa mahal pun jeans yang Anda beli, model yang tidak cocok dengan bentuk tubuh Anda akan membuat Anda terlihat kuno hanya dalam hitungan detik,” ungkap Jackie Lewis, juru bicara Isme.com, seperti dikutip Daily Mail, Senin (18/7).

Lewis menambahkan, dalam memilih celana –jeans maupun celana berbahan kain- yang terpenting ialah area pinggul. Jika mengenakan celana yang pas di badan, akan menimbulkan efek ‘muffin top’ atau ‘bum cleavage’ yang menonjolkan belahan bokong. Sebaliknya, jika memilih ukuran yang sedikit lebih besar, Anda akan terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya.

Agar tidak salah pilih, berikut ini kami bocorkan tips memilih celana jeans sesuai bentuk tubuh Anda.

1. Tubuh mungil
Jika Anda bertubuh mungil, pilih skinny jeans atau jeans berbentuk pipa dengan bagian kaki yang lurus. Hindari menggunakan celana berjenis cutbray karena dapat membuat tubuh Anda terlihat lebih pendek.

2. Tubuh gemuk
Bagi Anda yang memiliki tubuh plus-size, gunakan pipe jeans, celana jeans dengan bagian kaki yang lurus. Pilih warna yang gelap yang dapat memberi efek melangsingkan.

3. Tubuh atletis
Jeans dengan beberapa bagian yang elastis menjadi pilihan yang tepat bagi Anda yang bertubuh tinggi besar. Celana dengan bentuk seperti ini dapat menutupi kaki Anda dengan sempurna dan menutupi kekurangan di bagian pinggul.

4. Tubuh tinggi kurus
Bagi Anda yang bertubuh tinggi dan kurus, ini saatnya untuk bergaya ala remaja tahun 70an. Celana cutbray dengan bagian yang melebar di bawahnya menjadi pilihan yang pas bagi Anda. Jeans dengan jenis ini menyeimbangkan penampilan kaki Anda yang kurus agar terlihat lebih berisi.

23/07/11

Manfaat - Manfaat Seks

Selain menyalurkan nafsu dan meneruskan keturunan, ada banyak manfaat dari seks. Sesi hubungan intim bersama pasangan juga sama manfaatnya dengan berolahraga.
Seperti halnya olahraga, aktivitas seks membakar kalori dan lemak tubuh. Hubungan seks sama bermanfaat dengan melakukan gerakan aerobik dan kardiovaskuler.
“Berhubungan seks adalah bentuk olahraga. Seks akan membuat Anda merasa lebih sehat dan terlihat lebih baik,” ujar penulis buku 'The Better Sex Guide to Extraordinary Love Making', Dr Yvonne Fulbright seperti dikutip dari Shine.
Dr Gloria G. Bramer, seksolog klinis berbasis di Georgia juga mengatakan bahwa melakukan aktivitas hubungan intim akan mengencangkan otot-otot tubuh, terutama saat Anda mencoba posisi baru, serta membuat tubuh tetap fleksibel.

Berikut beberapa manfaat seks untuk kesehatan dan kebugaran:
Meningkatkan kesehatan jantung
Ingin merasa terlihat bugar di dalam dan di luar? Berhubungan seks akan meningkatkan kebugaran kardiovaskular, mengurangi stres, dan merangsang peningkatan perasaan bahagia secara alami. Hal positif lainnya, otot-otot panggul akan makin kencang.
Berhubungan seks melibatkan seluruh tubuh
Berolahraga tentu melibatkan seluruh tubuh Anda. Sama halnya ketika Anda melakukan hubungan seks. “Seluruh tubuh ikut bergerak," kata Fulbright. "Otak Anda merasa lebih rileks, menenangkan dan menghilangkan stres."

Seks memperlancar aliran darah
"Sirkulasi oksigen dalam otak berjalan lancar. Hal ini pada gilirannya juga mempengaruhi organ-organ reproduksi dan jantung Anda, membuat mereka sehat, kuat, dan meningkatkan fungsionalitas,' ucapnya.

Mencegah kanker prostat pada pria
Bramer mengatakan, berhubungan seks tidak hanya sekedar menunjang kedekatan fisik antara pasangan suami istri. Para suami yang sering merasakan nikmatnya orgasme bersama pasangan terbukti mampu menurunkan risiko kanker prostat dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka.  


Bercinta membuat tubuh lebih lentur
"Seks juga menurunkan hormon testosteron, sehingga otot bekerja dan membuat Anda lentur. Pada dasarnya melakukan hubungan seks seperti menggabungkan manfaat dari berjalan dan yoga ke dalam satu kegiatan," kata Fulbright.

Menghilangkan selulit
Seks dapat membantu menangkal timbulnya selulit di kaki dan paha. Meski tidak bisa menghilangkan secara sempurna, hubungan intim secara teratur mampu menyamarkan tampilan selulit yang ada. Karena berhubungan seks bisa melunturkan lemak tubuh.

Seks meningkatkan hubungan pasangan
Sebagai kegiatan fisik yang paling sering dilakukan oleh pasangan suami istri, seks akan mendekatkan pasangan. Ini berarti semakin sering bercinta dengan pasangan, koordinasi atau komunikasi yang terjalin antara Anda dan suami akan lebih baik.

Pembangkit energi
Berolahraga bisa meningkatkan energi dan stamina. Sama halnya jika semakin banyak Anda melakukan hubungan seks, semakin Anda merasakan adanya peningkatan energi dan stamina. Tidak hanya di kamar tidur, hubungan intim yang rutin juga bisa meningkatkan semangat kerja Anda.

ref: vivanews

11/07/11

Efek Samping Terlalu Lama Menonton TV

Sebagian besar masyarakat menghabiskan waktunya dengan menonton televisi di rumah apabila tidak ada kesibukan. Ada yang beranggapan, menghabiskan waktu dengan menonton televisi membuat hidup menjadi lebih berkualitas.

Banyak informasi dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari menonton televisi. Tetapi pada kenyataannya, terlalu lama menonton layar kaca justru dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental Anda.

Berikut ini adalah sejumlah penyakit yang mungkin bisa menimpa Anda jika terlalu lama menghabiskan waktu di depan televisi :

1. Risiko sakit jantung

Berdasarkan analisis data yang dikumpulkan selama enam tahun dengan melibatkan 8.800 laki-laki dan perempuan di Australia (usia 25 yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung), peneliti menemukan bahwa setiap satu jam menonton TV dapat meningkat risiko kematian akibat serangan jantung sebesar 18 % dan risiko kematian akibat kanker sebesar 9 %. Ini berarti bahwa orang yang menonton TV lebih dari empat jam memiliki 80 % peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler selama periode waktu 6 tahun dibandingkan orang yang menonton kurang dari 2 jam setiap harinya.

2. Gangguan tidur

Terlalu sering menonton TV dapat mengurangi kadar hormon melatonin di otak yang dapat mempengaruhi ritme alami tubuh sehingga membuat Anda terjaga lebih lama, tidur tidak teratur dan lelah. Berkurangnya level melatonin juga kerap dikaitkan dengan pubertas dini pada anak perempuan.

3. Diabetes

Sebuah studi pada perempuan yang diterbitkan Journal of American Medical Association tahun 2003 menunjukkan, risiko diabetes meningkat sebesar 14 % pada mereka yang menonton TV selama 2 dalam sehari. Penelitian lain juga menemukan bahwa pria yang menonton TV lebih dari 40 jam seminggu, 3 kali lebih berisiko menderita diabetes tipe 2 daripada pria yang menonton TV kurang dari 1 jam setiap minggunya.

4. Obesitas

Menonton televisi terlampau sering membuat otot Anda tidak bergerak. Jika otot-otot Anda tidak aktif dalam jangka waktu yang sangat lama, dapat mengganggu metabolisme dan menyebabkan kenaikan berat badan.

 5. Attention Deficit Disorder (ADD)

ADD adalah gangguan pemusatan perhatian/konsentrasi dan sifat impulsif yang tidak sesuai pada umur anak, bahkan beberapa anak dapat menunjukkan sifat hiperaktif. Penelitian di University of Washington Child Health Institute menemukan bahwa pada anak usia 3 (tiga) tahun yang menonton TV dua jam per hari, 20% berisiko memiliki masalah gangguan perhatian pada usia 7 tahun dibandingkan anak-anak tidak menonton televisi.

6. Peningkatan risiko asma

Di Inggris, sebuah penelitian mempelajari kebiasaan menonton TV lebih dari 3.000 anak-anak mulai usia bayi sampai 11 tahun. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang menghabiskan 2 jam atau lebih menonton televisi per hari, dua kali lebih berisiko menderita asma.

7. Mindless eating

Banyak orang tidak sadar, bahwa ketika menonton televisi Anda memiliki kesempatan lebih banyak makan dibandingkan saat melakukan kegiatan lain.

8. Memberi efek negatif pada mental

Menonton TV untuk jangka waktu lama memiliki efek negatif pada perkembangan intelektual anak. American Academy of Pediatrics melarang anak-anak dibawah 2 tahun untuk menonton TV dan merekomendasikan pada anak usia diatas 2 tahun untuk tidak menonton TV lebih dari dua jam sehari.

9. Sakit mata

Menonton televisi terlalu banyak buruk bagi mata Anda, terutama ketika menonton televisi di ruangan gelap. Memfokuskan mata Anda terlalu lama pada salah satu objek dapat membuat mata Anda tegang.

10. Perilaku agresif

Anak-anak kecil lebih mungkin untuk menunjukkan perilaku agresif setelah melihat acara TV atau film kekerasan. Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 3.000 anak usia 3 tahun menemukan bahwa anak-anak yang terlalu sering menonton TV, secara langsung atau pun tidak, akan berisiko untuk memamerkan perilaku agresif.

11. Kurang sosialisasi

Terlalu sering menonton televisi dapat mengurangi interaksi sosial Anda dengan teman dan keluarga. Hal ini dapat menyebabkan berbagai fobia sosial.

Ref

Cinta atau Karier Nich....?

MAUKAH Anda menikahi seseorang pengangguran? Bagaimana jika Anda sendiri yang menganggur? Jika Anda menjawab "tidak" pada pertanyaan tersebut, Anda tidak sendirian.

Menurut survei terbaru yang dirilis Yourtango dan ForbesWoman, 75 persen wanita tidak akan menikahi seorang pria yang menganggur dan 65 persen tidak akan mengikat simpul pernikahan jika mereka sendiri adalah pengangguran.


"Meningkat hingga 9,1 persen, pengangguran merupakan masalah yang semakin luas, terutama bagi wanita karena mereka mempertimbangkan stabilitas finansial dan emosional dari calon pasangan hidup mereka," kata Andrea Miller selaku pendiri dan CEO Yourtango, seperti dilansir Youtango, Kamis (7/7/2011).

"Dari kesulitan uang hingga perasaan kebencian, pengangguran dapat menciptakan ketegangan besar pada hubungan. Sebelum wanita masuk ke dalam komitmen seumur hidup, mereka ingin merasa aman dengan apa yang dibawa pasangannya untuk mereka," tambahnya.

Meskipun demikian, lebih dari 91 persen wanita lajang mengatakan akan menikah atas dasar cinta daripada uang.

"Sungguh ironis bahwa wanita ternyata lebih berat memilih cinta daripada uang, namun tidak akan menikah jika mereka atau peminangnya berpotensi menganggur," kata Meghan Casserly, juru bicara ForbesWoman.

"Pekerjaan dapat membuat sekaligus menghancurkan hubungan dan hasil survei menunjukkan karier memegang peran penting dalam percintaan," tambahnya.

Lebih lanjut, survei bertajuk “Career and Love” ini juga menemukan:

Terjaga di malam hari

Sebanyak 40 persen wanita yang punya kekasih mengatakan, tanggung jawab pekerjaan paling mungkin untuk membuat mereka begadang ketimbang tanggung jawab kehidupan cinta.

Penghasilan lebih tinggi

Sebanyak 32 persen wanita yang memiliki kekasih mengatakan, mereka punya lebih banyak penghasilan daripada pasangannya. Di antara itu, 50 persen mengaku akan tetap menikahi pria yang pendapatannya lebih rendah dari mereka sedangkan 41 persen mengatakan sebaliknya.

Karier dan anak

Sebanyak 55 persen wanita mengatakan mau melepaskan karier demi mengurus anak-anak jika pasangan memintanya; hanya 28 persen akan meminta hal yang sama dari pasangan mereka.

Me time

Jika wanita mendapatkan satu jam tambahan setiap hari, 42 persen akan menghabiskannya untuk diri sendiri (me time), setelah menghabiskan waktu bersama pasangan, teman, keluarga, dan pekerjaan mereka.

Karier dan cinta jalan beriringan

Sebanyak 77 persen wanita percaya bahwa secara bersamaan mereka dapat memiliki hubungan dan kehidupan keluarga yang memuaskan serta karier yang sukses.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik lain