photo anigif2.gif

26/06/11

Payudara Seksi tak Harus Besar lho...

Banyak yang beranggapan semakin besar ukuran payudara seorang wanita, akan terlihat semakin seksi.

Berdasarkan hasil penelitian sebuah lembaga konsultasi seks, menyebut bahwa idealnya tinggi payudara sampai puting cukup 15 cm, berat sekitar 750 gram, dengan volume 350-500 cc, dan pilihan bra full B (34-36).

 Seperti yang dilansir dari Askedmen, beberapa wanita di Amerika Serikat, merasa payudaranya terlalu kerdil, dan hampir semua ingin memperbesarnya.

Tetapi sebaliknya 15% wanita AS merasa payudaranya kelewat besar dan berupaya memperkecilnya (breast-reduction). Ukuran, bentuk, tekstur, serta warna puting payudara itu lebih pada soal selera siapa pria yang memandangnya.

Oleh karenanya, psikolog dan konsultan seks, JS Wiggins membagi lelaki menjadi tiga tipe. Selain tipe breast-men, yang bernafsu kalau melihat payudara, ada lelaki jenis yang suka bokong wanita (buttock-men), dan ada pula jenis yang gandrung pada tungkai wanita (leg-men).

Kecenderungan lelaki lebih tertarik pada bagian tubuh wanita ditentukan oleh kepribadian, bidang pekerjaan, dan bisa jadi pengalaman masa kecilnya.

Dari studi itu terungkap kalau lelaki yang hobinya membaca Playboy, introvert, fundamentalis, dan submisif cenderung lebih tertarik pada payudara yang tidak besar.

Sementara itu, lelaki yang ekstrovert, selain lebih menyukai wanita berbokong besar, juga gampang kepincut oleh wanita berpayudara big size. Begitu juga lelaki yang bidang pekerjaannya porter dan serdadu lebih tertarik pada payudara montok ketimbang yang kecil rupawan.

Lebih dari itu, di dalam naluri kelelakian, bukan cuma ukuran, bentuk, dan tekstur payudara benar yang membuatnya jadi mabuk kepayang melihat payudara, melainkan juga aroma kulitnya, cita rasa batin, serta kehangatan visualnya.

Struktur payudara yang tegak menantang, kendati tidak terlalu besar, bagi sebagian lelaki jauh lebih memikat
rasa seksnya dibandingkan payudara besar namun bergelambir

Jadi...Tidak Selalu Harus Besar kan...? ;) 

23/06/11

Perempuan yang disukai banyak Lelaki

Bukan hanya wanita yang “picky” (pemilih) dalam mencari pasangan hidupnya. Pria pun seperti itu. Mereka juga memiliki semacam “kriteria” atau kualitas yang menjadi “harga mati” baginya dalam diri seorang wanita yang ingin ia jadikan pasangan hidup. Catherine Cardinal, PhD, pengarang The Cure for the Common Life, menjelaskan beberapa di antaranya;


Pentingnya kesamaan selera humor
Apalah dunia tanpa tawa? Kita butuh tawa dan rasa bahagia. Terlepas dari besarnya cinta Anda kepada seseorang, tetapi jika hidup dengannya tanpa diwarnai dengan tawa dan meretas kebahagiaan bersama, apa nikmatnya? Menurut Dr Cardinal, memilih seseorang yang tidak kaku dan bisa tertawa lepas dan bebas, merupakan situasi yang sama-sama menguntungkan. Jika Anda dan dia memiliki selera humor yang sama, Anda bisa membayangkan bahwa hidup dengannya akan terasa lebih hidup dan menyenangkan. Dengan kata lain, saling mengerti cara pikir masing-masing.

Dari debat jadi dekat
Mengiyakan segala kemauan pasangan bukan hal yang sulit. Namun ketika Anda mengiyakan segala keputusan yang dibuatnya tanpa mengutarakan kemauan Anda, bisa-bisa membuat diri Anda tertekan. Apalagi ketika kemauannya bertolak belakang dengan kemauan Anda yang sebenarnya. Menunjukkan pendapat Anda sesekali kepada pasangan memberikan kesempatan untuk saling mengerti pola pikir satu sama lain. Berdebat sesekali mengenai cara pandang, tapi dengan cara yang sehat bisa membantu seseorang untuk tumbuh menjadi orang yang lebih baik. Jadi, jangan selalu menganggap bahwa perdebatan sebagai penanda hal buruk, tapi coba cari nilai positif dari situasi tersebut.
  
Menghargai ketertarikan yang bisa menciptakan keintiman
Setiap orang memiliki ketertarikan akan suatu hal. Jika seseorang tak memiliki minat, hidupnya akan terasa hambar. Begitu pula pasangan Anda. Ia pasti memiliki suatu hal yang menarik minatnya. Tak sedikit wanita yang ingin memiliki pasangannya sepenuhnya, sehingga ia ingin si pria selalu ada setiap waktu. Padahal, pria juga perlu waktu di luar kehidupan bersama. 

Dalam keadaan seperti ini, perlu disadari oleh keduanya, bahwa yang terpenting adalah kualitas waktu yang dijalani bersama, bukan kuantitasnya. “Seseorang yang menghargai Anda, dan membuat waktu yang dimiliki, meski sedikit, menjadi waktu yang berkualitas, adalah orang yang dewasa. Selain itu juga tidak mengeluhkan ketika harus ada sedikit jeda jarak di antara Anda dan pasangan,” ungkap Dr Cardinal. Jadi, ketika pasangan Anda berkata bahwa ia mau bermain futsal bersama teman-temannya seminggu sekali, jangan terlalu egois dan melarangnya bermain. Ia pun butuh bersosialisasi.




Menerima segala kekurangan
Setiap orang memiliki kekurangan. Dalam menjalani hidupnya, akan ada hal-hal yang tak sepaham antara Anda dan pasangan. Tak terkecuali hal-hal kecil harian yang jika dilihat orang lain akan terkesan hanya masalah sepele, tapi bagi Anda merupakan hal yang besar. Ketika Anda bisa menerima hal-hal atau kebiasaan-kebiasaannya (tentu yang masih bisa ditolerir), si dia akan merasa diterima apa adanya dan tak harus menutupi dirinya. Bukan berarti wanita harus memendam keluhannya setiap kali ada hal-hal yang kurang berkenan tentang si pasangan. Menurut Cardinal, “Toleransi adalah hal yang vital dalam sebuah hubungan. Kita semua memiliki kebiasaan buruk, namun ketika ada toleransi, Anda akan lebih tenang menjalani hari bersama, sama-sama merasa aman dan nyaman.” Jangan lupa komunikasikan kebiasaan buruk si pasangan dengan kepala dingin. Selama masih bisa ditolerir, cobalah untuk menerimanya. Jika mulai mengganggu, bicarakan baik-baik.

Perawatan terjangkau
Wanita “high-maintenance”, yang harus selalu dimanjakan dengan hal-hal yang mahal dan diperhatikan setiap saat akan membuat pasangannya mundur perlahan. Cobalah pikirkan lagi, apakah makan di restoran mahal, kiriman bunga setiap bulan, atau diantar mobil mewah setiap hari akan benar-benar bermakna jika Anda sedang menghabiskan waktu bersama orang yang Anda cintai? Sebenarnya, pria akan bangga dan senang jika bisa mengajak Anda makan di restoran mahal, atau memberikan hal yang menyenangkan hati Anda. Tetapi, ketika hal-hal mahal tersebut harus ia lakukan terus-menerus, bahkan memaksanya untuk mencari uang dan menghamburkannya begitu saja, tentu tidak berguna juga, kan? Percayalah, pria akan lebih mencintai dan menghargai Anda ketika ia menyadari bahwa ia tak perlu mengubah siapa dirinya, dan bisa membahagiakan Anda dengan hal-hal yang sewajarnya.

Bagaimana menurut Anda?





Kepribadian Finansial Kita yang mana kah?

Setiap orang memiliki money archetype (Kepribadian saat menghadapi keuangan) yang berbeda. Perbedaan archetype ini membuat cara pandang seseorang terhadap uang menjadi berbeda pula. Termasuk bagaimana seseorang memperlakukan uang.

Tipe archetype bukan menunjukkan kepribadian Anda, namun lebih dalam mengarahkan tempat di mana anda berada. Artinya, bagaimana karakter dan kebiasaan Anda mengenai pengelolaan keuangan bisa dikenali dari sini. Dengan mengenali karakter ini, sebagai individu Anda bisa menghindari dari kebocoran keuangan. Dampak positif lainnya lebih terasa pada pasangan. Anda dan pasangan bisa lebih saling mengenali dan mampu mencari solusi keuangan yang menyeimbangkan hubungan.

Coach Yuza Aziz dan Coach Tom MC Ifle, pemilik iCOACH, memaparkan delapan macam money archetype dan dampaknya:

1. Innocent
Seseorang yang memiliki tipe ini cenderung memiliki rasa takut , tidak percaya diri, dan tidak mau memikirkan masalah keuangan. Orang-orang tipe ini memiliki rasa ketakutan yang tinggi ketika dihadapkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Dia merasa tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengatur segala seuatu tentang uang.

Dampaknya, jika seseorang mendapatkan uang dalam jumlah besar, akan mudah habis. Karena kebiasaan yang dimiliki orang dengan tipe ini cenderung tidak bertanggungjawab dengan uang.

"Orang yang karakter innocent-nya aktif dalam dirinya, cenderung tidak belajar tanggung jawab. Karena kebiasaannya, setiap mendapatkan uang hanya akan diserahkan kepada orang lain, misalnya kepada orangtua, untuk mengelolanya," kata Tom kepada Kompas Female, di sela workshop "Money Coaching" di Hotel Harris, Kelapa Gading Jakarta, Jumat (9/7/2010).

2. Victim
Kebanyakan orang yang memiliki tipe ini cenderung akan menyalahkan orang lain ketika mengalami suatu masalah. Mereka akan merasa khawatir jika masalah yang dihadapi akan berbalik menimpa diri mereka. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan diri, mereka akan menyalahkan orang lain sebagai penyebab terjadinya masalah tersebut. Karakter mendasarnya, orang tipe ini tidak mudah percaya kepada orang lain.

Dampaknya, uang menjadi tidak produktif. Karena tipe victim ini tidak mempercayakan uangnya untuk investasi atau menabung di bank, misalnya. Uang hanya akan disimpan dalam brankas atau bahkan di bawah bantal, karena tidak percaya lembaga keuangan.

3. Martyr
Orang-orang pada tipe ini memiliki kecenderungan berkorban buat orang lain. Meskipun demikian, setelah berkorban untuk orang lain, mereka mengharapkan suatu balasan. Sisi negatifnya, dengan banyaknya pengorbanan yang dilakukan untuk orang lain, orang tipe ini seringkali mengabaikan dirinya sendiri.

Dampaknya, tipe martyr ini tidak pernah bisa menabung. Orang lain akan sangat mengandalkan si martyr ini untuk meminjam uang. Bahayanya lagi, tipe ini tidak berani atau bahkan malas menagih piutang.

"Efek negatif lainnya, karena terlalu banyak menyuapi, orang lain yang dibantunya menjadi manja dan tidak produktif," papar Tom.


4. Fool
Tipe ini cenderung memiliki spontanitas yang tinggi, dan bertindak tanpa dipikirkan lebih matang. Mereka tidak berpikir tentang masa depan. Apa yang ada sekarang, itulah yang dilakukan.

"Fool di sini lebih kepada konyol. Karakternya malas, mengharap uang cepat atau instan," kata Tom, menyebut tipe ini sebagai spekulator yang tidak disiplin.

Dampaknya, spekulator ini berani berhutang hanya untuk kesenangan semata.

5. Tyran
Orang-orang yang memiliki tipe ini cenderung takut kehilangan uang. Biasanya, orang pada tipe ini memiliki sifat yang serakah dan tidak pernah puas. Seringkali mereka bekerja terlalu keras tanpa memperdulikan berbagai hal lain di sekelilingnya. Bahkan tidak jarang juga, orang pada tipe ini tidak memperhatikan kesehatannya.

Dampaknya, tipe ini selalu merasa tidak pernah cukup dengan kondisi keuangannya. Akhirnya cenderung memanipulasi dan terlalu mengontrol.

6. Warrior
Berbeda dengan kelima tipe di atas, tipe ini memiliki kecenderungan untuk menciptakan ide menjadi realitas. Orang-orang dengan tipe ini memiliki sifat yang bijaksana, mempunyai target yang jelas untuk masa depan, dan juga kalkulatif dalam perhitungan pemasukan dan pengeluaran. Mereka juga memiliki kepercayaan diri dan sukses dalam masalah keuangan.

Tipe ini sangat sehat, kata Tom. Orientasinya yang jelas menuju sasaran membuatnya sukses secara finansial. Tipe seperti ini biasanya ditemui pada para pengusaha sukses yang disiplin dengan keuangannya.

7. Magician
Orang yang memiliki tipe ini cenderung menjadikan masa lalu sebagai suatu pembelajaran. Mereka juga berusaha untuk mengubah suatu ide menjadi realitas walaupun terlihat tidak mungkin. Orang-orang dengan tipe ini cenderung memiliki sifat idealis, percaya diri, dan mengandalkan diri sendiri. Mereka percaya bahwa mereka memang dapat mengerjakannya.

Tipe seperti inilah yang diharapkan, kata Tom. Dia menjadi tuan atas uangnya dan tidak menjadi hamba atas uang, apalagi mendewakan uang.

8. Creator/Artist
Tipe ini biasanya mengikuti panggilan hati dalam melakukan berbagai hal. Mereka juga memiliki sifat yang idealis dan spiritual yang cukup baik. Mereka juga terbiasa untuk menciptakan sesuatu.

Kecenderungannya, tipe ini bekerja demi passion dan tidak realistis. Bahkan terlalu ekstrem, seakan tidak membutuhkan uang.

"Orang dengan karakter seperti ini mensabotase dirinya dengan penyangkalan. Membutuhkan uang tetapi seperti tidak butuh, bahkan mau bekerja meski tak dibayar," jelas Tom.

Dengan mengenali berbagai tipe ini, Anda sebagai individu apalagi bersama pasangan bisa saling menyeimbangkan diri. Dengan begitu akan lebih mudah menemukan perencanaan dan solusi keuangan.




18/06/11

Sering Menunda Pekerjaan...?

Setiap orang cenderung menunda pekerjaan, apa pun alasannya. Akan tetapi, bila menunda mulai membuat cemas dan lingkungan kerja bereaksi negatif, hati hati! Bisa jadi ini saatnya Anda mengintrospeksi diri.

Ya, kadang kala kita tak sadar sedang menimbun permasalahan pekerjaan. Ketika pekerjaan itu kian menumpuk, bukan semakin mudah diselesaikan, justru semakin banyak, semakin malas untuk menyelesaikan. Ujung-ujungnya, konsentrasi semakin buyar dan tak satu pun pekerjaan selesai dengan baik.

Jika Anda menemui masalah seperti di atas, Himawan Wijanarko, General Manager Strategic Services The Jakarta Consulting Group, menyarankan untuk berstrategi mengurai sindrom prokrastinasi yang melilit. Berikut kiatnya!

Psikologis atau fisiologis
Sebenarnya ada dua permasalahan pokok seseorang menunda pekerjaan, yaitu masalah psikologis dan masalah fisiologis.

Masalah psikologi biasanya berkisar dari kurang percaya diri akibat merasa diremehkan oleh perusahaan atau lingkungan pekerjaan. Bisa juga disebabkan masalah penundaan pekerjaan yang pernah terjadi sebelumnya, yang kemudian menyebabkan lingkungan memberikan tanggapan negatif.

Masalah fisiologis biasanya dialami orang dengan hiperaktivitas, hipertensi, dan kelainan hormonal, yang mau tak mau memengaruhi proses berpikir dan konsentrasi. Rasa cemas pun meningkat seiring tuntutan pekerjaan sehingga fokus tidak optimal. Hasil akhirnya bisa ditebak, pekerjaan malah tidak selesai sesuai waktunya.

Jika permasalahan ada pada fisiologis, yang perlu dilakukan adalah manajemen waktu dan stres. Pastikan Anda tidak menumpuk pekerjaan sulit terlalu banyak dengan deadline yang ketat. Juga perbaiki kualitas hidup untuk menurunkan tingkat kecemasan.

* Manajemen diri
Setiap orang memang memiliki kecenderungan menunda pekerjaan. Ini bisa saja disebabkan faktor kurang dalam kemampuan mengatur diri. Orang dengan kecenderungan ini biasanya sulit mengklasifikasikan mana urusan yang penting dan tidak terlalu penting. Akibatnya semua permasalahan tidak diletakkan dalam skala prioritas yang tepat. Mulai dari pengukuran kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan, perhitungan beban pekerjaan, dan prioritas deadline pekerjaan itu sendiri.

Kebanyakan orang yang terjebak dalam penundaan pekerjaan disebabkan oleh kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan yang menyenangkan terlebih dahulu, sedangkan yang sulit belakangan. Sebenarnya ada sisi positif dari menyelesaikan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu karena jika memaksakan mengerjakan yang sulit justru bisa membuat pekerjaan tidak selesai-selesai. Kendati demikian, jangan lupakan deadline, dan buat jadwal lebih rapi mengenai pengerjaan tugas perusahaan.

Cermin orang lain
Kadang kala kita perlu menjernihkan permasalahan dengan meminta orang lain untuk menjadi cermin. Bukan menirukan apa yang dilakukan orang lain, tetapi meminta orang lain untuk melihat permasalahan diri kita.

Kasus penundaan pekerjaan juga bisa diurai melalui strategi ini. Carilah orang lain yang Anda percaya, misal teman kerja atau pasangan, untuk melihat masalah pekerjaan yang dihadapi. Mintalah orang lain menganalisis pekerjaan yang penting dan tidak penting menurut skala prioritas. Atau mintalah ia menganalisis kesulitan yang sedang dihadapi.

Setelah mendapat gambaran permasalahan, mulai buat daftar jadwal pengerjaan. Akan lebih baik jika orang lain juga bisa menjadi watch dog Anda. Disiplin diri akan bekerja lebih baik ketika Anda merasa mendapat dukungan dari orang lain.

* Manajemen stres
Disadari atau tidak, stres juga bisa mengacaukan akselerasi penyelesaian pekerjaan hingga tak sesuai target. Menurut Himawan, stres pada dasarnya bisa disebabkan empat hal. Pertama, tekanan seperti deadline dan tuntutan kualitas diri. Kedua, frustrasi yang bisa disebabkan oleh hasil yang kurang baik maupun reaksi negatif lingkungan. Ketiga, konflik seperti saat memilah untuk menyelesaikan pekerjaan yang mana lebih dahulu. Keempat, krisis yang bisa disebabkan oleh perubahan yang tiba-tiba.

Ketika menemui kondisi stres, yang perlu dilakukan adalah mengatasi efek psikologisnya. Petakan permasalahan demi menurunkan level stres hingga ke jenjang yang masuk akal. Jika Anda piawai memetakan permasalahan, dengan sendirinya level stres menurun. Level stres yang masuk akal ini justru bisa meningkatkan produktivitas seseorang karena stres sebenarnya juga berperan meningkatkan gairah untuk lebih produktif.

Sesuai tipe Anda
Menyelesaikan permasalahan tugas yang menumpuk juga perlu disesuaikan dengan tipe Anda. Apakah Anda tipe orang yang “maju terus, yang penting hadapi” atau tipe yang butuh refreshing di sela pekerjaan?

Tipe yang pertama umumnya jarang menghadapi masalah tugas yang menumpuk, kecuali Anda memang memiliki masalah menentukan skala prioritas. Tipe yang kedua sebaiknya sedikit memacu diri sendiri untuk membuat target sesuai skala prioritas. Refreshing setelah usai mengerjakan setengah dari beban tugas memang boleh, tetapi pikirkan pula waktu yang tersisa dan kapasitas tubuh serta kemampuan berpikir Anda.

Namun, jika Anda tipe orang yang sering menarik diri, sebaiknya waspada ketika menghadapi permasalahan yang sulit dalam pekerjaan. Jangan hanya diam. Segera cari referensi atau masukan orang lain agar Anda tak merasa “tidak bisa sebelum melakukan”. Ingat, pekerjaan bisa jadi tidak selesai karena permulaan pekerjaan ataupun penyelesaian pekerjaan.




17/06/11

5 Tingkat Kemandirian Finansial

Kemandirian finansial bagi setiap orang akan berbeda tergantung fase kehidupannya. Untuk mengukur level kemandiran finansial Anda, Citibank punya panduannya. Dengan memahami di mana level Anda, akan lebih mudah nantinya dalam mengatur atau merencanakan keuangan agar bisa lebih mandiri secara finansial. Anda tentunya tak ingin selamanya terjebak dalam lilitan utang kartu kredit atau tak juga mampu menambah aset seperti rumah atau mobil bukan?

Menurut Citibank, secara umum tingkat kemandirian finansial terbagi lima:
Tingkat pertama, Anda bebas dari godaan finansial diri sendiri. Ini adalah tingkat paling dasar. Jika ingin menanjak pada level berikutnya, Anda harus mampu mengontrol diri secara finansial. Level pertama ini ditandai dengan Anda tak lagi mengalami kondisi yang diistilahkan dengan besar pasak daripada tiang.

Tingkat kedua, bebas ketergantungan finansial dari orang-orang yang mencintai Anda. Artinya, Anda sudah mampu membiayai diri sendiri tanpa mengandalkan orang lain di sekitar Anda, seperti orangtua. Kemandirian finansial ini diidamkan oleh generasi muda yang memasuki dunia baru di pekerjaan dan memiliki tanggung jawab penuh secara mandiri atas dirinya.

Tingkat ketiga, bebas ketergantungan dari kreditur. Tak sedikit orang yang memanfaatkan pinjaman finansial. Tak ada salahnya meminjam uang jika mampu mengelola pinjaman finansial tanpa menjadikannya sebagai beban. Artinya, Anda bisa dikatakan mandiri secara finansial pada level ketiga jika utang kartu kredit, cicilan rumah, atau pinjaman pribadi lainnya bisa teratasi atau terkendali dengan baik.

Tingkat keempat, bebas dari ketergantungan pada pekerjaan sebagai karyawan. Anda dikatakan mandiri secara finansial level empat dengan menjadi pengusaha. Artinya, Anda memiliki kemandirian finansial dengan tidak bergantung pada gaji bulanan yang didapat dari posisi sebagai karyawan sebuah perusahaan.

Tingkat kelima, ini adalah level kemandirian paling prima, hanya jika Anda bebas dari berbagai masalah finansial. Anda tak lagi punya masalah keuangan atau semua hal yang berhubungan dengan persoalan keuangan telah ditangani dan diamankan dengan baik. Anda hanya perlu menikmati kehidupan.






06/06/11

Luwes Berbicara di depan Orang banyak

Jika melihat pembawa acara memimpin sebuah acara tapi salah-salah, kita dengan mudahnya mengkritik. Padahal, tak mudah untuk bisa menjaga konsentrasi di depan ruangan dan memimpin suasana. Dalam hal pekerjaan, bicara di depan umum pun tak bisa dihindari juga. Pada suatu masa, Anda akan harus berhadapan dengan situasi ini. Supaya bisa sukses bicara di depan umum, perhatikan tips dari Works by Nicole Williams berikut ini:

Kenali Hadirinnya
Pertanyaan pertama yang harus Anda tanyakan adalah, "Apa peran saya sebagai pembicara?", "Apakah saya di sini untuk menghibur hadirin? Mengajar sebuah pelatihan? Atau yang lain?" Ketika Anda mengetahui apa peran Anda, akan semakin mudah untuk mengetahui apa saja yang sebaiknya Anda katakan, dan apa yang sebaiknya tidak Anda katakan.

Tulis
Jika Anda sudah tahu jauh-jauh hari bahwa Anda akan berbicara di sebuah ajang, coba lakukan penelitian. Mulai dengan mendaftar poin-poin garis besar. Lalu secara perlahan, isi bagian-bagian yang kosongnya. Menulis akan makin menguatkan pikiran dan ide Anda, sekaligus membantu Anda menyampaikan pesan, supaya tidak keluar dari garis-garis utama, dan membantu Anda ketika sedang kehilangan kata-kata.

Upayakan Agar Tak Terlihat Gugup
Jangan biarkan para hadirin melihat betapa gugupnya Anda. Bahkan pembawa acara kenamaan dan sudah berpengalaman pun bisa merasa gugup sebelum mulai membuka acara. Cara masing-masing orang untuk menenangkan diri berbeda-beda. Cara apa yang bisa membantu masing-masing orang untuk merasa lebih baik dan percaya diri sebelum mulai berbicara di depan bisa berbeda-beda. Hanya waktu dan "jam terbang" yang pada akhirnya bisa membantu Anda menemukan pola terbaik dan paling cocok untuk Anda. Tapi yang paling sering dilakukan untuk meredakan ketegangan para pembicara adalah dengan mengatur napas. Cara lainnya adalah berbicara dengan orang lain. Jangan khawatir berlebihan, takut salah ucap, atau akan melakukan hal-hal bodoh. Tapi tenang saja, kebanyakan orang akan memaafkan Anda. Coba pandang para hadirin sebagai teman-teman dekat Anda, yang menerima Anda apa adanya.

Coba Gali Hubungan dengan Hadirin
Amat penting untuk menjaga hadirin tetap tertarik dengan ucapan Anda. Anda tak ingin para hadirin tidak mengerti apa yang Anda katakan, kan? Strategi berbeda dibutuhkan untuk hadirin yang berbeda karakternya. Namun, akan membantu di seluruh situasi jika Anda memasukkan unsur humor di dalamnya. Jika Anda akan menggunakan statistik, upayakan seminimal dan sesederhana mungkin. Presentasi visual juga bisa membantu orang untuk lebih fokus. Perhatikan juga intonasi dan gerak tubuh Anda. Jangan sampai gerakkannya berulang dalam waktu lama, hindari pula intonasi datar yang bikin orang mengantuk.

Jadilah Diri Anda Sendiri
Tak jarang ada orang yang berusaha keras untuk mengambil hati hadirinnya. Menggunakan gerakan tangan atau bahasa tubuh memang bia dilakukan sesekali untuk menghindari kebosanan. Namun, jangan sampai terlihat berlebihan. Tonjolkan kelebihan dan poin obrolan Anda ketimbang bergerak berlebihan. Bergeraklah secara natural, para hadirin pun akan merasa lebih nyaman menatap Anda





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik lain